Sabtu, 04 Juli 2009

Joint The Navy To See The world

Joint The Navy To See The world,
Istilah ini pernah saya liat atau dengar dari temen seangkatan saya pada tahun 1988. Mungkin istilah ini hanya mimpi bagi kita yang baru menjadi prajurit TNI AL, tapi setelah saya alami dalam kedinasan di TNI AL selama kurang lebih 22 tahun, ternyata istilah itu benar adanya.
Belum lama ini telah datang ke Indonesia beberapa kapal perang jenis SIGMA buatan negeri Belanda, yang tentu saja pengawak atau anggota TNI AL mulai dari Komandan sampai dengan pangkat terendah berangkat ke Belanda tentunya.

Pisah Keluarga

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut atau juga TNI AL mempunyai prajurit yang berasal dari putra daerah dari Sabang sampai Merauke. Pertama kali diterima sebagai Prajurit semuanya akan mendapat pendidikan Militer di Surabaya, AAL dan Kobangdikal. Setelah berbulan bulan dan bertahun tahun menjalani pendidikan, mereka tentunya siap ditugaskan dimana saja di seluruh wilayah Indonesia atau di Kapal Perang republik Indonesia (KRI).
Tentunya tidak semua prajurit bertugas di daerah asalnya, dan kebanyakan dari daerah yang jauh bahkan mungkin dari luar pulau.
Saya sendiri pertama kali bertugas di Surabaya(KRI), tentunya cukup jauh dari daerah asal saya di bandung dan seiring waktu berjalan sekarang saya bertugas di jakarta cukup dekatlah hanya kurang lebih 3 jam Bandung bisa saya kunjungi.
Sedangkan di tempat saya bertugas sekarang ini ternyata banyak rekan rekan Prajurit yang keluarganya masih tinggal jauh dari jakarta (lebih dari 100 km), Bogor, Bekasi,Tangerang, Ciangsana, Cikampek dan Jonggol masih bisa ditempuh dengan waktu kurang lebih 2 jam ke tempat tugas. Nah, yang lebih jauh inilah disebut Luar Kota dan biasanya mereka selalu berada di kantor dari hari senin sampai Jumat, dimana pada hari Jumat siang (setelah shalat Jumat) mereka diijinkan mendahului untuk Pulang mengunjungi keluarganya yang berada di Banten, Cirebon, Bandung, Tegal, Purwokerto, Semarang, Jogya bahkan Surabaya.
Untuk mereka yang masih berada di jawa tengah dan Jawa barat mereka masih mungkin pulang setiap Minggu sekali, tetapi yang di Jawa Timur mungkin hanya 2 minggu sekali. Sarana tranportasi kebanyakan menggunakan Kereta api dan bis atau mungkin pesawat terbang bagi yang mampu.
tentunya jarak yang jauh memerlukan ongkos yang banyak pula, sedangkan para prajurit TNI sampai saat ini masih termasuk rendah pendapatannya, sehingga dalam menggunakan sarana transportasi tersebut mereka tentunya harus bisa berhemat atau tidak membeli karcis dan cukup memberi uang tips kepada kondektur KA, untuk bis ongkosnya separuh dari penumpang umum lainnya. Biasanya Bis itu sudah tertulis : Bagi Anggota TNI/Polri berseragam/ber KTA agar membayar tarif sebesar 50%.
Salahkah bila anggota TNI membayar diatas? tentu saja salah tetapi jangan disalahkan karena kita harus melihat dulu permasalahannya dimana?
Tugas anggota TNI yang selalu berpindah, keluarganya belum tentu bisa selalu ikut karena :
1. masalah sekolah anak.
2. tempat baru belum tentu mendapat rumah (rumah dinas)
3. biaya hidup di tempat baru takut lebih mahal.
4. Sang Istri punya pekerjaan yang tidak bisa ditinggal.

Bahkan pada tahun 90-an (Sekarang masih berlaku apa tidak saya belum mendapat informasi) di Surabaya ada istilah Jaga Luar Kota, dimana Prajurit yang tinggal jauh dari tempat tugasnya selama di kantor/KRI ia dikenakan jaga penjagaan dari hari Senin sampai Kamis, dan pada hari Jumatnya bisa pulang ke Luar Kota. hal ini sangat menguntungkan karena selama hari itu ia akan menghemat pengeluaran karena untuk makan sehari hari sudah didukung dari dinas jaganya.

Sekarang kami mendengar akan adanya perbaikan penghasilan para prajurit, mulai dari pangkat terendah sampai dengan pangkat tertinggi. Apakah Pisah keluarga atau Luar kota tetap akan dijalani oleh para prajurit itu? atau setiap naik Kereta/Bis akan membayar separuhnya?
Mudah mudahan berubah menjadi lebih baik kalaupun masih pisah keluarga mereka sudah tidak menjadi sorotan penumpang umum lainnya karena membayar separuh (bayar penuh dong), atau mencari tempat tinggal yang lebih dekat dengan Kantor/markasnya.

Rumah dinas untuk prajurit aktif

Belum lama ini terjadi penggusuran Rumah dinas TNI AD/Kostrad dimana para penghuni yang tidak berhak agar meninggalkan rumah dinas yang nantinya akan diisi oleh prajurit yang masih aktif. Bagaimana dengan Rumah dinas TNI lainnya? sama saja, tetapi prosesnya tidak semudah dengan memerintahkan meninggalkan rumah dinas begitu saja.
Prajurit yang sudah pensiun kemudian meninggal dunia bahkan mungkin gugur dalam tugas, rumah dinasnya masih bisa ditempati oleh jandanya/warakawuri, tetapi apabila kedua orang tuanya sudah meninggal, apakah anaknya berhak menempati Rumah dinas itu?
Sebenarnya tidak usahlah mencari alasan apapaun, namanya juga Rumah Dinas berarti rumah milik pemerintah yang dihuni oleh pegawai yang berhak selama yang bersangkutan itu masih dinas aktif.
jadi bagi mereka yang sudah tidak berhak harusnya tahu diri, mungkin dengan meminta waktu masih masuk akal tidak usah melawan karena secara hukum saja itu sudah tidak benar (memnempati Rumah dinas bagi yang tidak berhak).
Dalam istilah TNI perumahan/Rumah Negara bisa terdiri dari :
1. Mess/Penginapan (dinas)
2. Asrama/Rumah Dinas berada dalam ksatrian.
3. Rumah Dinas.
4. Rumah jabatan.
5. Rumah Kavling.
6. tanah kaveling.

Mess/Penginapan hanya bisa ditempati sementara oleh prajurit selama yang bersangkutan berdinas di Luar Kota atau menempati sementara sebelum dia memilik Rumah tetap.
Asrama adalah rumah dinas yang berada di lingkungan kesatrian, selama ia berdinas di Kesatrian itu ia berhak menempati Rumah dinas itu, tetapi bila sudah pindah ke kesatuan lain maka iapun harus meninggalkan rumah dinas tersebut walaupun masih dalam kota yang sama.
Rumah Dinas bisa ditempati oleh prajurit yang masih berdinas tanpa melihat dari satkernya yang penting masih dinas di TNI.
Rumah Dinas jabatan, hanya ditempati oleh Prajurit yang memiliki jabatan tertentu misalnya panglima, Kepala Staf atau Asisten Panglima dst.
Rumah kavling sebenarnya juga Rumah Dinas yang status kepemilikannya sudah berpindah ke perorangan aktif/maupun pensiun, namun tanah tempat berdiri rumah kaveling itu masih dimilki oleh Pemerintah/TNI. jadi kalaupun terjadi jual beli hanya bisa dilakukan kepada prajurit yang masih aktif.
Tanah Kaveling atau tanah kosong milik TNI, yang apabila sudah mendapat hak menempati bisa dibangun rumah sesuai kebutuhannya dimana rumahnya tentunya miliki perorangan yang berdiri diatas tanah miliki Negara/TNI.
Selain hal hal tersebut, ada juga penggunaan Rumah Negara yang tidak sesuai seperti warung, kontrakan dan lain lain yang tidak sesuai dengan fungsinya dan banyak terjadi di setiap perumahan dinas.
Pemerintah dalam hal ini dephan sudah memerintahkan kepada Kepala staf masing-masing angkatan untuk menginventarisir Rumah/tanah Milik Negara/TNI, termasuk didalamnya tentunya penertiban terhadap mereka yang tidak berhak menempati Rumah/Tanah milik Negara. namun hal itu tidaklah bisa secepat, semudah yang kita bayangkan, banyak sekali kendala yang dihadapi yaitu perlawanan atau tidak kooperatifnya mereka yang tidak berhak sehingga sampai saat ini masih banyak Rumah Dinas/Negara yang masih tidak sesuai dengan penggunaanya atau ditempati oleh yang tidak berhak.

Selasa, 26 Mei 2009

gadis pujaan

kriteria gadis mencari pujaan?
umur 17 s/d 24 si gadis akan berkata siapa elu? cantik dan seksi.
umur 24 s/d 34 si gadis akan berkata siapa gue ? masih cantik dan seksi, karier pun sukses
umur 34 s/d 44 si gadis akan berkata siapa yang mau ? karier diatas tapi kesepian
umur 44 s/d tak terbatas siapa saja deh!!! pasrah deh...............

kisah kita

Ini ada kisah tentang Pejabat pusat yang sedang tugas ke P.Batam. Karena tugas luar pulau maka ia pun memesan topi sama dasi yang bagus ke seksi akomodasi di tempat tujuan.
Begitu sang pejabat pusat tiba di bandara, si seksi akomodasi langsung menghadap si pejabat dan si pejabat itu bertanya mana topi dan dasi saya? langsung saja si seksi akomodasi itu menyerahkan topi dan dasi yang diminta....".apa? dasar goblok" kata si pejabat sambil dilemparkan topi dan dasinya ke si seksi akomodasi dan bilang"yang gini di rumah banyak! tahu!????
si seksi akomodasi terbengong-bengong dan malu, begitu sang pejabat lewat, ajudannya berbisik ...............dst dst?
oh....... ternyata minta topi buat nutupin kepala yang lain....................